Berkenalan dengan Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin pertama disintesis pada tahun 1934. Riboflavin merupakan molekul penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh, produksi dan regulasi hormon tertentu, dan pembentukan sel darah merah. Riboflavin memegang posisi penting dalam metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein dan sangat penting untuk produksi energi biologis dalam sistem transpor elektron. Meskipun riboflavin dapat disintesis de novo oleh tumbuhan, ragi, dan sel prokariotik, mamalia perlu memperoleh riboflavin dengan mengonsumsi makanan nabati atau, jika perlu, sumber tambahan.
Semua senyawa turunan riboflavin diberi nama generik flavin. Flavin mononucleotide (FMN) dan flavin adenine dinucleotide (FAD) adalah turunan riboflavin yang paling utama dan bertindak sebagai koenzim untuk sejumlah besar enzim yang mengkatalisis reaksi reduksi oksidasi.
Riboflavin diproduksi secara komersial dengan sintesis kimiawi atau fermentasi mikroba. Molekul ini dimetabolisme di hati, terikat protein, dan didistribusikan secara luas ke jaringan. Namun, hanya sedikit yang disimpan di hati, limpa, jantung, dan ginjal.
Riboflavin sangat penting untuk pelepasan energi dari makanan (katabolisme), kesehatan kulit, mata dan pertumbuhan. Vitamin ini memainkan peran utama dalam proses oksidasi dan reduksi dalam sel. Riboflavin merupakan bagian aktif dari koenzim flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD) yang mengkatalisasi banyak reaksi reduksi oksidasi.
Karena sifat kimianya yang khas dan fleksibel, cincin
isoalloxazine dari koenzim flavin adalah titik fokus untuk transfer elektron
sehingga membuat nukleotida flavin mampu berpartisipasi dalam berbagai macam
reaksi reduksi / oksidasi (redoks).
Ketika diradiasi dengan sinar tampak atau UV, riboflavin dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS) seperti radikal anion superoksida, oksigen singlet, radikal hidroksi, dan hidrogen peroksida dengan adanya oksigen diatmosfer kita (udara sekitar).
Mengenal Struktur Kimiawi Riboflavin
Riboflavin (vitamin B2) secara kimiawi adalah 7,8-Dimetil-10
- [(2S, 3S, 4R) -2,3,4,5-tetrahydroxypentyl] benzo[g]pteridine-2,4-dione,
juga 7,8 -dimethyl- (N-10-ribityl) isoalloxazine dan memiliki berat
molekul 376,36 dalton dengan kelarutan dalam air pada suhu kamar sekitar 12
mg/dL. Dalam beberapa literatur tua, riboflavin disebut juga sebagai vitamin G
karena sifat fluoresen hijaunya dalam sinar UV. Kelarutan riboflavin dalam air
dapat ditingkatkan dengan penambahan senyawa fenolik, ekstraksi dari larutan
dengan menggunakan benzil alkohol atau 2-fenil etanol sebagai pelarut.
Larutan riboflavin menunjukkan empat pita serapan spektral
UV / visibel yang khas yang berpusat di sekitar 220, 266, 375, dan 447 nm.
Riboflavin dapat dengan mudah diuji menggunakan spektrum fluoresensi
kuning-hijau alami.
Makanan Sebagai Sumber Riboflavin
Sumber makanan riboflavin meliputi makanan nabati serta sumber hewani yaitu daging, unggas, ikan, telur, susu, dan keju. Sayuran hijau, seperti brokoli dan lobak, merupakan sumber riboflavin yang cukup baik. Produk biji-bijian alami cenderung relatif rendah riboflavin, tetapi fortifikasi dan pengayaan sereal dan biji-bijian telah menyebabkan peningkatan cukup besar dalam asupan riboflavin dari makanan ini.
Secara umum, persiapan dan pemrosesan makanan dapat membuat makanan lebih aman dan sehat serta memperpanjang umur simpan (memperpanjang masa expired). Terlepas dari beberapa manfaat ini, pemprosesan juga dapat memengaruhi jumlah riboflavin yang tersedia secara alamiah dari sumber makanan. Pemutihan, penggilingan, fermentasi, dan ekstrusi dapat menyebabkan hilangnya vitamin secara fisik.
Riboflavin relatif stabil terhadap pemrosesan termal. Proses microwave atau paparan radiasi infra-merah tidak akan berdampak sebanyak memasak di atas kompor, karena pemanasan dilakukan lebih merata dan untuk waktu yang lebih singkat. Paparan sinar UV, seperti disebutkan sebelumnya, akan mengakibatkan hilangnya riboflavin yang cukup besar. Sebagai contoh, penyimpanan susu dalam waktu lama dalam botol atau wadah bening dapat menyebabkan degradasi flavin sebab sinar UV dapat dengan mudah menembus botol tersebut.
Jangan lupa Baca: Mengenal Vitamin B1 (Tiamin)
Fakta Susu Dalam Kemasan
Oleh karena itu, mengingat susu merupakan sumber riboflavin yang sangat baik untuk anak-anak, susu umumnya tidak lagi dijual dalam botol bening. Wadah plastik buram yang dilapisi dengan bahan penghambat UV dapat memberikan perlindungan yang lebih besar daripada karton, terutama jika susu disimpan di rak bahan makanan yang terpapar cahaya fluoresen terus menerus. Susu dan produk susu harus dilindungi dengan sempurna dari cahaya, jika tidak, jumlah riboflavin dan vitamin A (retinol) yang signifikan, yang juga rentan terhadap sinar UV, akan hilang dan kualitas makanan akan menurun.
Riboflavin dalam jumlah besar hilang selama buah dan sayuran dikeringkan dengan sinar matahari. Hal tersebut membuat proses pengeringan buah maupun sayuran tidak disarankan menggunakan sinar matahari. Proses pengeringan yang baik saat ini yaitu dengan menggunakan teknologi hot air dryer.
Sumber Rujukan:
10.1111/j.1365-2621.2005.tb09055.x10.5539/jfr.v3n6p23
10.3390/ijms21030950
10.1177/153321011039294310.1039/c2fo10246c
Research Gate: 286025873