Kanker payudara adalah masalah
kesehatan yang serius dan, meskipun saat ini telah berkembang dalam deteksi dan
perawatan dininya. Kanker payudara adalah karsinoma yang paling sering pada
wanita dan penyebab kedua paling umum dari kematian terkait kanker pada wanita
Ini adalah penyakit yang kompleks dan heterogen, memiliki faktor risiko
berbeda, gambaran histologis, perilaku klinis, dan respons terhadap terapi yang
beragam. Pernggunaan teknologi ampuh saat ini mengungkapkan bahwa secara
molekuler dan prekrusor kanker ini memiliki perilaku klinis beragam dan amat
berbeda secara gen dan proses seluler. Bagaimanapun, pengembangan dan pengujian
praklinis terapi kanker baru dibatasi oleh kelangkaan model in vivo yang
secara otentik mereproduksi pertumbuhan tumor dan perkembangan metastasis.
Sebagian besar kanker payudara
ini disebabkan oleh mutasi pada gen seperti BRCA1 dan BRCA2 yang menyumbang
sekitar 5% dari semua kanker payudara. Gen lain yang termasuk CHEK2 (checkpoint
kinase 2), PTEN (tumor-suppressor gene 10q23.3), TP53/p53 (tumor protein,
menjaga sel dari mutasi genetic akibat kerusakan DNA), ATM (protein kinase
serin/threonin), STK11/LKB1 (Serine-Threonine Kinase/Liver Kinase B1), CDH1
(cadherine 1 sebagai penekan tumor), NBS1 (Nibrin, membantu dalam menjaga
integritas DNA dan stabilitas genomic), RAD50 (berperan dalam perbaikan
kerusakan DNA), BRIP1 (bekerja bersama BRCA1 dalam perbaikan DNA) dan PALB2
(bekerja bersama BRCA2 dalam memperbaiki kerusakan DNA) telah digambarkan
sebagai gen rentan pada kanker payudara.
Kanker payudara dapat menyebar
ketika sel-sel kanker masuk ke dalam darah atau sistem getah bening dan dibawa
ke bagian lain dari tubuh. Sistem getah bening adalah jaringan pembuluh getah
bening (atau limfatik) yang ditemukan di seluruh tubuh yang menghubungkan
kelenjar getah bening. Cairan bening di dalam pembuluh getah bening, yang
disebut getah bening, mengandung produk sampingan jaringan dan bahan limbah
seluler, serta sel-sel sistem kekebalan tubuh. Pembuluh getah bening membawa
cairan getah bening menjauh dari payudara. Dalam kasus kanker payudara, sel-sel
kanker dapat memasuki pembuluh getah bening dan mulai tumbuh di kelenjar getah
bening. Sebagian besar pembuluh getah bening payudara mengalir ke:
- Kelenjar getah bening di bawah lengan (kelenjar aksila)
- Kelenjar getah bening di sekitar tulang selangka [supraklavikular (di atas tulang selangka) dan infraklavikular (di bawah tulang selangka)]
- Kelenjar getah bening di dalam dada dekat tulang dada (kelenjar getah bening mammae internal)
Jika sel-sel kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening, ada kemungkinan bahwa sel-sel itu dapat menyebar
melalui sistem getah bening (bermetastasis) ke bagian lain dari tubuh. Semakin
banyak kelenjar getah bening dengan sel kanker payudara, semakin besar
kemungkinan kanker tersebut dapat ditemukan di organ lain. Karena itu,
menemukan kanker di satu atau lebih kelenjar getah bening sering memengaruhi bentuk
perawatan. Biasanya akan memerlukan pembedahan untuk mengangkat satu atau lebih
kelenjar getah bening untuk mengetahui penyebaran kanker.
Terdapat beberapa tingkatan
kanker payudara, yaitu: TNBC (Triple Negative Breast Cancer), IDC (Invasive
Ductal Carcinoma) dan ILC (Invasive Lobular Carcinoma) (walaupun
mungkin beberapa referensi lain mengkategorikan dengan level kritis/agresifitas
sel kanker). TNBC ditandai dengan tidak terdeteksinya tiga indikator seluler
utama pada sel kanker payudara yaitu ER (estrogen receptor), PR (progesterone
receptor) dan HER2 (Hormone epidermal growth factor receptor 2).
TNBC terkadang disebut sebagai Basal-like breast cancer atau BLBC.
Baca Juga: Merokok berbahaya bagi sperma lelaki!
Secara etiologis, kanker payudara
dimulai dengan adanya atipikal jaringan pada duktus maupun lobulus payudara yang
nantinya akan mengarah kepada hyperplasia dan menjadi karsinoma. Berdasarkan letak
karsinoma, tipe kanker payudara dibedakan menjadi DCIS (Ductal Carcinoma in situ)
dan LCIS (Lobular Carcinoma in situ). Pada tahap ganas, kanker tersebut
akan meningkatkan level DCIS/LCIS menjadi IDC (Invasive Ductal Carcinoma)/ILC
(Invasive Lobular Carcinoma), walaupun pada beberapa artikel rujukan
terdapat pembagian istilah DCIS/LCIS ganas dan tidak ganas. Secara umum, lesi
prainvasif kanker payudara akan muncul pada bagian unit terminal duktus-lobulus
(TDLUs) yang menjadi istilah paling umum digunakan pada penelitian terkait
patologi kanker payudara.
Terdapat beberapa lesi yang dapat
dideteksi pada penderita kanker payudara, seperti: LOH (kehilangan
heterozigositas) pada sel normal, luka radial (radial scar, ketidak
seimbangan alel 16q dan 8p), lesi apokrin [ditandai dengan tingginya reseptor
androgen (AR) dan rendahnya reseptor estrogen dan progesterone (ER dan PR)],
HUT (Hiperplasia tipe umum). Selain itu terdapat beberapa prekusor pada kanker
dengan tingkat keganasan rendah [CCL (Columnar Cell Lesions, ketidakseimbangan
alel 3p, 9q, 10q, 11q, 16q, 17p and 17q), ALH (hyperplasia atipikal lobulus,
tipe tidak ganas dari LCIS) dan ADH (hyperplasia atipikal duktus, tipe tidak ganas
DCIS)] dan pada tingkat keganasan tinggi [MGA (proliferasi acak dari kelenjar
homogen kecil dan bundar yang dilapisi oleh satu lapisan sel epitel sekitar
lumen), PLCIS (pleomorphic LCIS, ditandai dengan rendahnya kadar ER dan PR
namun kadar HER2 yang tinggi dan kurangnya ekspresi kaderin-E), DCIS tipe akut/ganas].
Keterangan: ADH: atypical
ductal hyperplasia; APH: atypical apocrine hyperplasia; CCH: columnar
cell hyperplasia; CCL: columnar cell lesion; DCIS: ductal
carcinoma in situ; E-cad: E-cadherin; FEA: flat epithelial atypia;
IDC: invasive ductal carcinoma; ILC: invasive lobular carcinoma;
LN: lobular neoplasia; MGA: microglandular adenosis; PLCIS: pleomorphic
lobular carcinoma in situ.
Beberapa sindrom juga terasosiasi dengan kanker payudara herediter yang berarti terjadi dengan sebab adanya perubahan gen tertentu. Tabel berikut menunjukkan beberapa gen dan lokus abnormalnya serta tingkat keganasan yang ditimbulkan pada kanker payudara.
Gen yang berpengaruh
|
Cytoband
|
Tingkat keganasan kanker
|
BRCA1
|
17q21
|
Tinggi
|
BRCA1
|
13q12.3
|
Tinggi
|
TP53
|
17p13.1
|
Tinggi
|
ATM
|
11q22.3
|
Sedang
|
CDH1
|
16q22.1
|
Sedang
|
PTEN
|
10q23.31
|
Sedang
|
STK1
|
19p13.3
|
Sedang
|
NBS1
|
8q21
|
Sedang
|
BRIP/FANCJ
|
17q22
|
Sedang
|
PALB2/FANCN
|
16p12
|
Sedang
|
FANCA
|
16q24.3
|
Sedang
|
FANCE
|
6p22-p21
|
Rendah
|
MSH2
|
2p22-p21
|
Rendah
|
MSH3
|
5q11-q12
|
Rendah
|
MSH6
|
2p16
|
Rendah
|
MLH1
|
3p21.3
|
Rendah
|
PMS1
|
2q31-q33
|
Rendah
|
PMS2
|
7p22
|
Rendah
|
Keterangan pembacaan cytoband: p
merupakan lengan kromosom pendek; q merupakan lengan kromosom panjang; angka
sebelum huruf (p/q) menunjukkan nomor autosom; angka setelah huruf menunjukkan
posisi gen didasarkan pada pola khas garis terang dan gelap yang muncul ketika
kromosom diwarnai dengan cara tertentu. Posisi ini biasanya ditetapkan oleh dua
digit (mewakili suatu wilayah dan pita), yang kadang-kadang diikuti oleh titik
desimal dan satu atau lebih digit tambahan (mewakili sub-pita dalam area terang
atau gelap). Angka yang menunjukkan posisi gen meningkat dengan jarak dari
sentromer (q21 lebih dekat sentromer dibandingkan q22).
Saat ini tersedia beberapa bentuk
pengobatan terhadap kanker payudara, mulai dari terapi (penggunaan obat
tertentu secara spesifik) hingga operasi. Penggunaan obat-obatan umumnya menarget
gen tertentu yang terekspresikan secara tidak normal pada sel kanker. sebagai
contoh Her2/neu merupakan tonggak utama dalam perawatan kanker payudara karena
telah menjadi basis pengembangan Herceptin (trastuzumab), terapi target
berbasis antibodi yang efektif. Selain itu, terdapat beberapa cara lain seperti
pemberian antiangiogenik.
Sumber Rujukan:
10.1056/NEJMra0801289
10.1002/path.2648
10.1038/nrclinonc.2009.166
10.1016/j.prp.2005.05.013
10.1002/path.1691
10.1101/gr.5460106
10.1158/1078-0432
10.1038/35021093
10.1677/erc.1.00758
10.1158/0008-5472.CAN-04-1992
10.1111/j.1365-2559.2010.03568.x
10.1007/s13402-011-0010-3
10.1159/000292644
10.1210/me.2010-0164
10.1002/path.2808